Krisis Covid-19, Mahasiswa Mimika dan Papua Se Jawa Bali Mengaku Diterlantarkan

Mahasiswa asal kabupaten Mimika dan mahasiswa Papua lainnya sedang berada di salah satu asrama di Malang , Jawa Timur yang kini mengalami kesulitan bahan makan dan kebutuhan hidup yang masih berusaha bertahan hidup di Jawa karena mau kembali ke Papua sudah status Lockdown. Mereka berharap adanya perhatian dari Pemerintah kabupaten Mimika dan Propinsi Papua,   Jumat (10/4)/ Foto : Istimewa

 

TIMIKA, (timikabisnis.com) – Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Emas Papua se Jawa Bali yang saat ini sedang diterpa dalam suasana krisis Covid-19 merasa diterlantarkan oleh Pemerintah Propinsi Papua dan Pemerintah kabupaten Mimika.

Sesuai rillis yang diterima dari Aliansi Mahasiswa Emas Papua Se Jawa Bali yang koordinatornya Nelson Tenbak mahasiswa Kota Studi Malang, yang diterima timikabisnis.com, Jumat (10/4) malam menyatakan sikap kepada pemerintah Provinsi dan Perintah daerah kabupaten Mimika bahwa dengan kondisi krisis akibat Covid-19 saat ini yang dialami mahasiswa asal kabupaten Mimika dan Papua  sangat memprihatinkan dalam keadaan susah.

“Akibat Covid-19 yang sedang melanda dunia dan tanah air saat ini, kami mahasiswa benar benar dalam masa krisis, kriris tempat tingal dikarena masa kontrakan telah berakhir dan sedang dalam dalam tekanan phisikologis di Jawa – Bali. Karea itu kami minta kepada pemerintah daerah jelih melihat rasa kepedulian kepada generasi emas papua yang sedang menimba ilmu diluar papua,”tulis Nelson Tenbak.

Nelson yang mewakili seluruh mahasiswa Papua lebih khusus mahasiswa asal kabupaten Mimika meminta kepada Bupati Eltinus Omaleng untuk bisa peduli dan mencarikan solusi agar bisa bertahan hidup.

“Kami menyatakan sikap serius kepada Bapak Bupati Mimika Eltinus Omaleng  kiranya bisa untuk membantu beban hidup di  Jawa dan Bali, kami saat ini dalam keadaan sangat sulit dan butuh respon yang cepat,”akunya.

Pasti semua orang mengatakan bahwa pendidikan itu penting, bermanfaat dan memiliki peran dalam menjawab kehidupan manusia dan dapat mempersiapkan sumber daya manusia untuk menjawab kebutuhan hidup manusia dalam segala bidang. Maka bangsa yang besar dan maju ialah bangsa yang memiliki sistem  pendidikan dan sumber daya manusia yang cerdas dan baik.

“Namun di Papua, pendidikana semakin terancam karena sumber daya manusia yang terlantar dengan berbagai peristiwa sosial yang mematikan potensi manusia Papua untuk membangun dan memajukan daerahnya bila tidak secepatnya mendapatkan respon dari pemerintah propinsi dan kabupaten Mimika. Saat ini kami merasa diterlantarkan begitu saja, sementara kami ini adalah generasi yang akan melanjutkan tongkat estafet dalam membangun daerah menuju cita cita bangsa,”serunya.

Nelson menegaskan, kalau ini terus berlangsung dan kondisi mahasiswa tidak dihiraukan , maka ini sama saja dengan pemerintah sedang membiarkan dan melantarkan masa depan SDM Papua.

“Suatu pembiaran yang melangar hak asasi manusia untuk menuntut ilmu bagi mahasiswa Papua se –jawa bali .Jika daerah mau maju mesti menyikapi masalah ini secara serius dan mengambil solusi yang tepat demi keselamatan masa depan Papua,”katanya.

Menurutnya, bila tidak ada kepedulian dari pemerintah propinsi dan daerah maka ini dampak negatifnya akan dialami bagi daerah.

“Pertama, akan terjadi krisis sumberdaya manusia Papua. Jangan heran jika kelak tidak menghasilkan tenaga handal yang cerdas, kompeten dan potensial. Kedua, memberikan peluang besar bagi orang non – Papua untuk menguasai system pemerintahan  dan peluang lainnya di Papua, dan ketiga akan mematikan potensi dan kesempatan emas anak Papua untuk terus bersaing dalam bidang akademik di level nasional dan internasional,”kata Nelson. (*opa)

Administrator Timika Bisnis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *