Anggota DPRD Mimika dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Thobias Albert Maturbongs/Foto : husyen opa
Timika,(timikabisnis.com) – PT Freeport Indonesia harus bertanggunjawab atas terjadinya pendangkalan yang disebabkan karena limbah tailing, salah satu solusinya adalah perusahaan tersebut harus mengeruk atau menggali seluruh sungai dan muara sehingga akses warga bisa kembali normal.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mimika dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dari Daerah Pemilihan (Dapil) 6, Thobias Albert Maturbongs mendesak Pemerintah Daerah dan PT. Freeport Indonesia (PTFI) segera melakuan pengerukan terjadinya pendangkalan sungai akibat limbah.
“Sebenarnya perusahaan PT Freeport Indonesia yang harus bertanggungjawab atas terjadinya pendangkalan diseluruh sungai dan muara muara yang ada di pesisir Mimika. Freeport harus menggali dan mengeruk kembali sungai sungai yang kering karena limbah perusaaan,”tegas Thobias Albert Matrbongs kepada wartawan di kantor DPRD Mimika, Kamis (5/1/2023).
Menurutnya, akibat limbah tailing menyebabkan kali dan muara dari tahun ke tahun semakin dangkal, dan dampaknya masyarakat tidak lagi bisa dilewati dengan menggunakan perahu Jhonson untuk transportasi laut.
“Kali dan muara semua sekarang semua sudah kering, disaat Pomako tenggelam dan tinggi air sampai betis, tapi sungai dari kampung Manasari hingga jalan potong ke sungai besar kondisinya kering. Padahal saat itu kondisi tinggi air sesuai label air mencapai 41, dulu level 17 sampai 18 perahu bisa lewat namun sekarang tidak bisa karena kondisi air kering,”keluhnya.
Tentang pendangkalan ini pernah dikeluhkan masyarakat saat melakukan reses di Kampung Manasari, sehingga ini harus menjadi perhatian pemerintah dan Freeport.
“Freeport tidak bisa diam atau menyangkal dengan berbagai alasan, itu tidak ada. Itu semua karena limbah akibat operasional tambang dari Freeport yang menyebar di semua sungai dan muara sehingga mengakibatkan terjadinya pendangkalan. Karena itu Freeport harus bertanggungjawab dan harus gali untuk kasih dalam kembali,”pinta Thobias.
Ditambahkannya, akibat pendangkalan ini, kini masyarakat tidak bisa melalui anak anak sungai atau muara dan harus mencari alternatif lain yaitu lewat laut.
“Satu satunya akses yang harus dilalui warga adalah melalui jalur laut dengan kondisi alam yang sangat ekstrim. Melalui jalur laut sangat rentang akan terjadinya kecelakaan dan sudah cukup banyak kecelakaan yang menelan korban jiwa. Apalagi setiap bulan mulai November akhir atau Desember sampai bulan Maret saat ini, yang waktunya atau saat saat gelombang,”pungkasnya.
Karena itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Daerah dan PTFI harus melakukan pengerukan kembali sungai – sungai yang dangkal di Wilayah Mimika Timur akibat operasi pertambanga PTFI.
“Saya menghimbau kepada masyarakat wilayah pesisir perlu berhati – hati ketika melewati laut, karena cuaca saat ini kurang bersahabat. (opa)