Uskup Prihatin Warga Asmat Banyak Terinfeksi HIV-AIDS

“Saya menemui seorang bapak, dulunya gagah perkasa tapi sekarang sudah kurus sekali. Jelas ini indikasi sudah tertular HIV-AIDS dan memang hasil pemeriksaan menunjukan dia positif HIV-AIDS. Isterinya juga mengalami gejala serupa” | Uskup Moerwito

Timika, (timikabisnis) – Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agats Asmat Mgr Aloysius Moerwito OFM menyatakan prihatin dengan semakin banyaknya warga di wilayahnya yang terinfeksi HIV-AIDS.

Dihubungi dari Timika, Kamis, Uskup Moerwito mengatakan tanda-tanda dan gejala semakin banyak orang Asmat terinfeksi HIV-AIDS semakin terasa melalui perubahan drastis kondisi fisik penderitanya.

“Memang ini belum diteliti secara maksimal, tapi indikasi ke arah itu koq semakin menyatakan bahwa penderita HIV-AIDS di daerah kami memang ada dan semakin banyak,” kata Uskup Moerwito.

Uskup yang sudah mengabdi 15-16 tahun di Keuskupan Agats Asmat itu mengaku beberapa kali berjumpa dengan warga yang memiliki gejala-gejala fisik telah terinfeksi HIV-AIDS.

“Saya menemui seorang bapak, dulunya gagah perkasa tapi sekarang sudah kurus sekali. Jelas ini indikasi sudah tertular HIV-AIDS dan memang hasil pemeriksaan menunjukan dia positif HIV-AIDS. Isterinya juga mengalami gejala serupa,” kata Uskup Moerwito.
Uskup juga menemui seorang pemuda di wilayah Asmat yang juga mengalami gejala fisik sebagaimana dialami oleh pasangan suami isteri yang telah positif terinfeksi HIV-AIDS tersebut.

Sejumlah warga yang dijumpainya itu, demikian Uskup Moerwito, bukan saja warga yang bermukim di Kota Agats, ibukota Kabupaten Asmat, tetapi justru penduduk dari kampung-kampung yang jauh dari Kota Agats seperti di Distrik Sawaerma, Distrik Ayam dan lainnya.

Mobilitas yang tinggi dari warga-warga di wilayah itu ke Agats, ke Timika bahkan ke luar Papua dengan sekaligus mengunjungi pusat-pusat lokalisasi Wanita Pekerja Seks/WPS untuk melakukan hubungan seks berisiko menjadi faktor utama bertumbuhnya kasus HIV-AIDS di Asmat, sebuah wilayah terpencil di pesisir selatan Papua.

“Yang menyedihkan, kalau suami sudah terinfeksi HIV-AIDS maka virus itu akan ditularkan kepada isteri bahkan anak-anak yang masih menyusui sehingga bisa memicu kepunahan dalam satu keluarga bahkan dalam satu komunitas. Ini yang sangat memprihatinkan,” kata Uskup Moerwito.
Menyadari kondisi itu, Keuskupan Agats terdorong untuk mulai terlibat bersama-sama dengan Pemkab setempat dan organisasi-organisasi kemanusiaan lainnya guna lebih serius menangani persoalan HIV-AIDS di Asmat.

“Sudah ada beberapa orang yang ditunjuk untuk mengorganisir kerja sama dengan pemerintah untuk menangani masalah ini mengingat masalah HIV-AIDS ini merupakan bom waktu yang dapat membawa orang-orang menuju sebuah penderitaan yang panjang,” kata Uskup.
Uskup menilai Pemkab Asmat dibawah kepemimpinan Bupati Elisa Kambu dan Wakilnya Thomas Safanpo bekerja cukup keras untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial termasuk masalah kesehatan yang dialami warganya.

“Bapak Bupati Asmat cepat sekali tanggap terhadap berbagai persoalan kesehatan di wilayahnya. Kemarin ada juga ditemukan kasus demam berdarah dengue di Asmat. Beliau langsung memerintahkan jajaran Dinas Kesehatan untuk melakukan penyemprotan,” jelasnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, hingga September 2018 tercatat sebanyak 2.299 warga Papua meninggal dunia akibat terinfeksi HIV-AIDS, dimana sebanyak 26 orang diantaranya merupakan penduduk Kabupaten Asmat.

Korban meninggal akibat infeksi HIV-AIDS terbanyak terdapat di Kabupaten Jayawijaya yaitu sebanyak 416 orang, disusul Kabupaten Nabire sebanyak 321 orang, Kabupaten Jayapura sebanyak 312 orang, Kota Jayapura sebanyak 185 orang dan Kabupaten Mimika sebanyak 170 orang. (*)

Administrator Timika Bisnis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *