Serius Perangi Covid-19, Freeport Sulap Barak Jadi Rumah Sakit Dengan 1.000 Tempat Tidur

Vice Presiden Hubungan Pemerintahan PT Freeport Indonesia, Jhoni Lingga, saat memberikan keterangan pers kepada wartawan usai mengikuti RDP dengan DPRD Mimika, Senin (18/5)/ PEWARTA FOTO : HUSYEN ABDILLAH OPA

TIMIKA, (timikabisnis.com) – Manajemen PT Freeport Indonesia sangat konsen dan serius untuk perangi wabah mematikan Covid-19 di area kerja perusahaan yang sampai saat ini terus mengalami peningkatan angka kasus positif. Bahkan perusahaan tambang raksasa yang beroperasi di kabupaten Mimika ini mampu menyulap Barak karyawan menjadi Rumah Sakit sekaligus sebagai lokasi dan tempat perawatan karyawan yang diduga terinveksi Covid-19. PTFI telah menyediakan lebih dari 1.000 tempat tidur di Tembagapura di barak karyawan yang dirubah jadi tempat isolasi, termasuk di MP 38 dan di Kuala Kencana.

“Kami manajemen sangat serius untuk berupaya agar penyebaran Covid-19 di area kerja PT Freeport Indonesia baik Highland maupun Lowland, hal ini dengan kami berupaya terus menambah fasilitas perawatan untuk merawat semua karyawan yang diduga terinfeksi Covid-19. Saat ini kami telah menyiapkan kurang lebih 1.000 tempat tidur untuk  karantina atau isolasi bagi karyawan yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala (OTG) maupun yang positif, “tegas Vice Presiden Hubungan Pemerintahan PT Freeport Indonesia, Jhoni Lingga dihadapan pimpinan dan anggota DPRD Mimika dalam Rapat Dengan Pendapat (RDP) di kantor DPRD Mimika, Senin (18/5) siang.

Jhoni Lingga mengakui, untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus Covid-19 di area kerja, manajemen telah merubah barak karyawan jadi tempat perawatan pasien karena Rumah Sakit Tembagapura yang memiliki keterbatasan fasilitas tempat tidur.

“Awalnya RS Temagapura hanya mampu menyedikan 50 tempat tidur dan sekarang kami sudah tambah  120 fasilitas tempat tidur sehingga total yang dimiliki RS Tembagapura berjumlah 170. Bukan di RS Tembagapura tapi barak kita ubah jadi rumah sakit. Untuk berfungsi untuk mengisolasi karyawan yang diduga terinfeksi Covid-19 dengan masing masing kategori,”ungkap Jhoni Lingga.

Dijelaskan Jhoni, bahwa dengan tingginya angka kasus di area kerja Freeport yang mencapai 102 orang, merupakan keberhasilan manajemen dalam mengungkap kasus sehingga secepatnya diputus mata rantai dengan melakukan rapid test guna memastikan status karyawan apakah reaktif atau tidak, sehingga bisa diambil langkah langkah pencegahan dengan melakukan isolasi atau karantina hingga melakukan test PCR atau  Polymerase Chain Reaction.

“26 dari 102 yang awalnya terkonfirmasi positif sudah dinyatakan sembuh, menurut kami ini adalah keberhasilan manajemen dalam menangani pasien Covid-19. Mereka yang dinyatakan sehat dibuktikan dengan hasil tes swab PCR selama dua kali segingga dinyatakan sembuh,”akunya.

Untuk langkah langkah pencegahan dan penanganan Covid-19 menurut Jhoni Lingga, manajemen sudah mengambil langkah langkah guna melakukan pemeriksaan lebih dini untuk memutus mata rantai penyebaran termasuk melakukan tracing kontak.

“Terhitung sejak tanggal 13 Mei 2020, PTFI sudah menggunakan alat test PCR sendiri. PCR atau  Polymerase Chain Reaction  adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau virus. Saat ini, PCR digunakan untuk mendiagnosis penyakit COVID-19, yaitu dengan mendeteksi material genetik virus Corona. Dan dari 102 pasien yang positif Covid-19 tanpa gejala pasien 68 atau 83 persen dalam kondisi sehat dan dikategorikan pasien dalam kondisi sakit ringan,”katanya.

Mereka yang 68 orang yang positif terkontminasi juga diisolasi atau di karantina agar tidak menular ke karyawan yang sehat dan semuanya mendapat perawatan dari tim medis dari RS Tembagapura, yang disediakan di ruang isolasi.

“Mereka semua yang positif, dan terindikasi Covid-19 menjalani perawatan selama 14 hari di ruang isolasi. Mereka mendapatkan pasokan makanan yang bergizi dan vitamin tambahan agar imun tubuh kuat dan tak lupa berdoa, dan tidak boleh stres,”tutur Jhon Lingga.

Langkah pencegahan lainnya manajemen PT FI telah banyak mengeluarkan diantaranya, sudah menutup penerbangan tranportasi penumpang dengan pesawat Airfast dan hanya melayani cargo. Untuk penumpang kecuali mendapatkan izin dari pemerintah, seperti tenaga keamanan, tenaga crew pesawat dan tenaga medis maupun dokter.

“Kita juga sudah menutup  akses dari dan ke Tembagapura sejak 25 Maret lalu, orang orang dari Tembagapura tidak kami diturunkan dan orang dari bawa tidak bisa masak ke Tembagapura. Kalaupun ada karyawan yang naik dan turun harus melalui uji Rapid Tes yang hasilnya Non Reaktif, kalau aktif kami isolasi atau karantina dulu,”tegasnya.

Manajemen juga sudah memberlakukan pembatasan mengenai social distancing dan membatasi untuk antre naik trem, naik bus dan makan di mess. Bahkan menurut Jhon Lingga, saat ini orang orang yang kerja di Tembagapura sudah tidak kerja full atau tidak maskimal.

“Dikantor tidak lagi penuh dengan pengaturan ship kerja, ini demi menghindari kepadatan aktifitas di kantor. Bahkan tempat tempat dan fasilitas umum di Tembagapura sudah kami tutup sesuai anjuran pemerintah. Rumah rumah ibadah, fasilitas olahraga, tempat tempat atau lokasi yang selama ini menjadi pusat kerumuman karyawan sudah kami hentikan, termasuk di shopping yang hanya diperbolehkan 25 orang secara bergantian,”tuturnya.

Bahkan keseriusan manajemen PTFI dalam mencegah dan menangani secara cepat Covid-19 ini, dalam minggu ini tidak lagi mengirim spesimen sampel ke Jayapura, namun cukup di Kuala kencana saja karena manajemen telah mendatangkan satu alat test PCR yang bisa memastikan dengan cepat apakah positif atau tidak.

“Mulai minggu ini kita tidak lagi mengirim sampel ke Jayapura, karena alat PCR untuk membuktikan seseorang Positif Covid-19 dalam waktu tiga jam sudah bisa mengetahui hasilnya dan kini sudah siap dioperasikan dan pusatnya di Kuala Kencana. Alat tersebut selain untuk digunakan di area PT FI, kedepan kami juga akan berkoordinasi dengan Tim Covid-19 Mimika sehingga spesimen dari RSUD dan dari Timika bisa juga di lakukan test PCR menggunakan alat yang didatangkan dari Kore ini. Hingga saat ini sebanyak 4.046 orang sudah lakukan rapid test,  namun tidak semua bisa dilakukan secepatnya karena harus memprioritaskan yang mana, semoga alat ini nantinya bisa membantu masyarakt Mimika,”imbuhnya.

Dr Virdy Permana dari Internasional SOS (kiri) dan Vice Presiden Hubungan Pemerintahan PT Freeport Indonesia, Jhoni Lingga (kanan) saat mempresentasekan perkembangan dan penanganan Covid-19 di area kerja PT Freeport Indonesia, di hadapan DPRD Mimika, Senin (18/5)/PEWARTA FOTO : HUSYEN ABDILLAH OPA

Sementara Dr Virdy Permana dari Internasional SOS mengatakan bahwa sesuai data dari Tim Gugus Tugas Covid-19 Mimika di area kerja PT FI yang terkonfirmasi Positif Covid-19 berjumlah 102 orang dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia, sementara yang sembuh berjumlah 26.

“Sisanya 75 orang dari 102 kasus positif kini dalam perawatan, 11 berada di Tembagapura dalam kondisi sakit ringan sampai berat. Sementara 63 orang lainnya sedang dirawat di barak isolasi seperti shelter. Kondisinya tanpa gejala, kalaupun ada gejala tapi kategori ringan yang dirawat sebanyak 55 orang di Tembagapura, dan 8 oang ada di barak isolasi di Mile 38 daratan rendah. Serta ada 1 orang kita rujuk ke RSMM. Dan  untuk  63 orang di rawat barak isolasi secara fisik sehat , karena belum terkonfirmasi pemeriksa PCR sehingga belum dinyatakan sembuh,”jelas Dr Virdy.

Kata Dr Virdy, bahwa kapastiats pemeriksaan PCR di Jayaura semakin hari tidak mampu melayani spesimen rujukan dari kabupaten dan RS Tembagaura dan kabupaten Mimika karena keterbatasan.

“Puji Tuhan, sejak 3 Mri lalu operaisonal alat PCR  sudah bisa kita gunakan dan ini kita mengejar status teman teman yang saat ini masih dirawat untuk bisa memastikan pasien tersebut sembuh atau harus tetap menjalani perawatan dan diisolasi.  Untuk meamstikan OTG, PDP, ODP dari tracing kontak ini harus melalui test dari alat PCR. Karena alat PCR ini sudah berfungsi sehingga bisa dipastikan angka penemuan kasus angka terus bertambah,”tegasnya.

Dr Virdy mengakui bahwa 84 persen yang terkonfirmasi Positif Covid-19 semuanya tanpa gejala dan masuk kategori ringan.

“Covid-19 ini adalah bencana,  siapaun orang tidak punya berkeinginan atas penyakit atau wabah ini, namun untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus maka manajemen terus meningkatkan kapasitas tempat tidur yang kini di RS Tembagapura sudah bisa menampung sebanyak 170 pasien positif Covid-19 daln lainnya yang memang perlu dirawat termasuk penambahan jumlah oksigen,”jelasnya.

Tentang strategis penanganan, dari hasil tracing kontak yang dilakukan, dan kalau sudah dikatahui hasil rapid test anti bodi, maka langsung diisolasi untuk dirawat selama 14 hari sambil menunggu hasi test SWAW PCR.

“Berbeda dengan di Timika, kalau dari hasil rapdi test ternyata raktif bisa diisolasi di mandiri atau dirumah. Tapi kalau di Tembagapura, hasil rapid test reaktif langsung di isolasi dan tidak gabung dengan rekan karyawan lainnya demi menghindari penularan dari yang terinveksi kepada karyawan yang sehat,”katanya. (opa)

Administrator Timika Bisnis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *