Anggota DPRD Mimika Reddy Wijaya saat meninjau langsung jembatan rusak bersama Ketua RT-17 Kelurahan Pasar Sentral Selfius Welafubun dan sejumlah warga, Selasa (30/6) / Foto : istimewa
Timika,(timikabisnis.com) – Rusaknya jembatan yang berada di gang Kelapa Gading RT-17, Kelurahan Pasar Sentral, Distrik Mimika Baru, kabupaten Mimika, Papua akibat banjir, menjadi kendala bagi masyarakat untuk beraktifitas. Karena tidak adanya respon dari pemerintah, sehingga warga masyarakat berusaha untuk memperbaiki secara swadaya.
Melihat pembangunan jembatan tersebut hanya dari swadaya masyarakat, membuat Reddy Wijaya salah satu anggota DPRD Mimika dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tergerak hatinya untuk membantu beberapa material yang diperlukan seperti besi, semen, dan pasir cor, Selasa (30/6).
“Belum ada bantuan jadi masyarakat swadaya untuk bangun jembatan itu, jadi tadi ada bantuan, saya bantu secara inisiatif saja,” ungkap Reddy Wijaya yang juga anggota Komisi DPRD dari Komisi A.
Menurut Redy, sejak tahun 2009 jembatan tersebut dibangun atas inisiatif masyarakat yang ada disekitar itu dan hingga saat ini belum di bangun beton.
“Perlu perhatian dari dinas terkait agar bisa memperbaikinya menjadi jembatan permanen untuk memudahkan akses warga dalam beraktifitas sehari hari. Untuk RT-17 ini, jalannya ada karena swadaya masyarakat setempat dari 2009 dan sampai sekarang belum di upgrade,” kata Reddy usai berkunjung.
Ketua RT-17 Kelurahan Pasar Sentral Selfius Welafubun mengatakan, warga yang berada di RT-12, RT-13 RT-17 merasa kesulitan untuk beraktifitas lantaran jembatan yang dibangun oleh salah satu kontraktor galian C sejak tahun 2009 silam telah rusak akibat banjir luapan sungai.
“Saya bicara mengatasnamakan 3 RT yaitu RT 17, RT 12, dan RT 13 karena di kompleks ini ada 3 RT mau menyampaikan bahwa jembatan yang rusak ini dibangun tahun 2009 itupun bukan dibangun oleh pemerintah tapi ada satu CV yang kerja penggalian terpaksa dorang buat jembatan itu, dan jembatan itu kita gunakan sampai sekarang,” kata Selfius, Selasa (30/6).
Dijelaskan Selfius, begitu juga dengan pembangunan jalan, yang mana sejak RT-RT tersebut dibentuk dari swadaya masyarakat yang akan membangun rumah, dan hingga saat ini belum ada sentuhan dari pemerintah.
“Selama 10 tahun belum ada pembangunan baik jalan dan jembatan pemerintah yang menyentuh kami, jalan sudah rusak dan sempat kita sudah masukkan di koran, cuma karena tidak ada respon jadi saya bersama warga inisiatif bongkar dan bangun dengan swadaya karena takut ada yang celaka,” ungkapnya.
Saat ini warga di RT-17 sedang membangun jembatan secara swadaya, dan masih membutuhkan banyak material, seperti semen, besi, pasir cor, papan, balok, paku, sementara itu juga dibutuhkan mesin pemotong kayu (senso) agar bisa memotong kayu berukuran besar yang digunakan sebagai jembatan yang kini lapuk.
“Saat ini kita butuhkan material, dan juga senso untuk memotong kayu yang dipakai untuk jembatan lama,” katanya.
Ia berharap, ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jembatan tersebut. Sebab, aktifitas masyarakat menjadi terganggu ditambah dengan adanya beberapa fasilitas umum seperti gereja dan mushola. (opa)