Timika (timikabisnis.com) – Para petani disejumlah Satuan Pemukiman (SP) meminta Manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk membeli sayur, buah hasil panen petani dari Timika. Dan minimalisasi sayur dan buah yang datang dari luar. “ Kasihan petani di sini kerja keras, tetapi setelah panen hanya bisa jual di pasar. Sayur melimpah harga turun bahkan busuk karena tidak dibeli perusahaan. Kami hanya meminta kepada pemerintah untuk memfasilitasi petani sehingga hasil yang kami panen ini bisa dibeli perusahaan,” kata petani SP4, Kelurahan Wonosarijaya, Andi Leo kepada wartawan di SP 4 dua hari lalu. Andi yang juga berprofesi sebagai nelayan mengeluhkan hasil tangkapan diluar yang turun drastis karena saat ini dikuasai oleh pelaut dari Pulau Jawa dengan pukat-pukat standar.
Bagi Andi, pemerintah mesti atur soal kapal nelayan ini. Kapal nelayan yang berkapasitas besar harus mencari di laut dalam, bukan dekat dengan bibir pantai. Selama ini mereka tangkap tidak jauh dari pantai sehingga kami nelayan yang kecil-kecil ini tidak dapat apa-apa. Bayangkan saja, kalau pukat (jala) mereka yang lebih besar dan lebih standar maka semua ikan, udang, cumi-cumi akan terjaring di jaring mereka. Kami yang melaut dipinggir pantai tidak dapat apa-apa,” terang Andi.
Andi berharap pemerintah bersama para caleg yang akan maju saat ini bisa membantu petani dan nelayan untuk membicarakan dua persoalan ini dengan perusahaan PTFI, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua.
Persoalan yang dihadapi rakyat perlu respon dan sikap serius dari para pihak untuk cepat selesaikan sehingga masyarakat petani dan nelayan punya mendapatan yang bisa menghidupi keluarganya. Artinya secara ekonomi ada pendapatan selain untuk kebutuhan sehari-hari juga bisa menabung untuk kebutuhan yang lain.
Selain itu Yusuf menyoroti persoalan yang sering terjadi di lingkungan petani dan nelayan. Kadang soal pupuk yang tidak ada, kadang juga curah hujan tinggi sehingga gagal panen, dan panen melimpah dan pasar tidak bisa terima semua dan harga turun drastis. Pada hal Timika punya perusahaan raksasa yang memiliki karyawan 20.000 sekian. Kalau perusahaan mau ambil sayur dari semua petani di Timika pasti tidak ada keluhan. Begitu pula dengan ikan, dimana saat ini nelayan di Pelabuhan Pomako dikuasai oleh kelompok tertentu, sehingga nelayan Mimika termasuk nelayan Kamoro menjerit karena tidak ada hasil.
Yusuf meminta pemerintah perlu atur dengan baik nelayan yang punya kapal yang besar harus melaut diradius berapa, kemudian nelayan yang pakai perahu kecil harus melaut diradius berapa. Semua harus atur baik sesuai ketentuan aturan sehingga nelayan lokal tidak ribut dan protes terus.
Menanggapi soal keluhan masyarakat, Calon Anggota DPR RI dari PSI, Elfinus Omaleng, BCom merespon apa yang disampaikan masyarakat petani dan nelayan ini. Dirinya, mengatakan sebagai anak daerah ini, dirinya berusaha membicarakan persoalan tersebut dengan perusahaan. Dirinya akan dorong juga Dinas Pertanian dan Perikanan cepat tanggap dengan persoalan yang dialami petani dan nelayan ini.
“ Kita harus dukung petani dan nelayan kita yang ada di Timika. Bila petani kita bisa berproduksi dengan baik. Bisa melaut dengan baik dan hasil tangkapan banyak kenapa tidak difasilitasi untuk bekerja sama dengan perusahaan yang ada di Timika. Kemudian kenapa perusahaan harus datangkan sayur dan ikan dari luar. Itu salah besar dan mematikan petani dan nelayan Timika,” terang Elfinus.
Jika ada hal yang belum memenuhi syarat, jelas Elfinus tiguas kedua dinas ini bersama perusahaan perlu menjelaskan kepada petani dan nelayan, supaya mereka mengubah pola pertanian dan pola tangkapan mereka. Jangan biarkan itu terus menerus kemudian nanti muncul masalah akhirnya membuat semua orang pusing menyelesaikan masalahnya. (marus waka)