“Kami berusaha membantu pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Mimika. Diharapkan melalui pelatihan kader dari 10 Puskesmas ini bisa menurunkan angka kasus kesakitan malaria sampai 80 persen” | Program Manager Malaria Perdakhi di Timika Albert Hurulean
Timika (timikabisnis.com) – Tim dari Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdakhi) selama beberapa hari terakhir melatih 72 kader kampung (desa) dari 10 wilayah Puskesmas di Kabupaten Mimika untuk ikut terlibat dalam upaya mengeliminasi penyakit malaria dari wilayah itu.
Albert Hurulean selaku Program Manager Malaria Perdakhi di Timika, Kamis, mengatakan pelibatan kader kampung diharapakan berdampak signifikan dalam upaya eliminasi malaria di Mimika yang merupakan salah satu daerah endemis dengan kasus malaria tertinggi di Provinsi Papua.
“Kami berusaha membantu pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Mimika. Diharapkan melalui pelatihan kader dari 10 Puskesmas ini bisa menurunkan angka kasus kesakitan malaria sampai 80 persen,’ kata Albert.
Para kader kampung yang dilatih tersebut, nantinya akan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka. Para kader tersebut juga mendapat tugas tambahan yaitu melakukan Pendamping Minum Obat (PMO) kepada pasien malaria di wilayahnya.
Upaya pengendalian kasus malaria di Mimika kini terus digencarkan oleh Pemkab setempat mengingat Timika merupakan salah satu kota penyelenggara kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 di Provinsi Papua.
Mimika ditargetkan dapat mengeliminasi malaria pada 2020 dengan target Annual Parascite Incidence (API) malaria di bawah 1 per 1.000 penduduk.
Dinas Kesehatan Mimika melaporkan API malaria di Mimika terus mengalami penurunan dari 455 per 1.000 penduduk pada 2017 kemudian menurun menjadi 285 per 1.000 penduduk pada akhir 2018.
Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP) Kabupaten Mimika menemukan fakta, kasus malaria falciparum atau biasa disebut malaria tropika menunjukan penurunan sepanjang 2018. Namun penurunan kasus malaria tropika tersebut tidak diikuti dengan penurunan kasus malaria vivax atau malaria tertiana.
Peneliti YPKMP, Dokter Jeanne Rini Poespoprodjo menjelaskan, masa minum obat yang mencapai 14 hari menjadi faktor penyebab sulitnya menurunkan angka kasus malaria tertiana di Kabupaten Mimika.
“Seringkali pasien tidak menghabiskan obat primaquine karena merasa telah sehat. Sebab itu, malaria jenis tertiana ini juga disebut malaria kambuhan. Proporsi penderita malaria tertiana di Mimika mencapai 60 persen, sisanya adalah penderita malaria tropika,” jelas Rini.
Penderita malaria tertiana yang tidak menghabiskan obat, katanya, tetap menjadi penular parasit yang efektif kepada orang lain.
Sekretaris Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra mengatakan, cara paling efektif untuk menurunkan angka kejadian malaria adalah dengan menjaga kepatuhan minum obat pasien. Pelibatan kader kampung sebagai PMO merupakan salah satu upaya menjaga pasien malaria tertiana agar dapat menghabiskan/mengonsumsi obat malaria selama 14 hari. (*)