“Jenazah korban sekarang berada di kamar jenazah RSUD Mimika untuk dilakukan perawatan dan pemeriksaan oleh petugas”
Timika (timikabisnis.com) – Seorang pendulang emas tradisional bernama Bahudin (37) yang terseret arus banjir sejak Sabtu (16/2), ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa di Mil 34, Kali Kabur, Selasa pagi.
Humas Kantor SAR Timika Muhammad di Timika, Selasa, mengatakan korban ditemukan oleh rekan sesama pendulang sekitar pukul 06.30 WIT.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada petugas Kantor SAR Timika dan aparat kepolisian setempat.
Beberapa saat kemudian, petugas gabungan bergerak menuju Mil 34 Kali Kabur untuk mengevakuasi jenazah Bahudin menuju kamar jenazah RSUD Mimika.
“Jenazah korban sekarang berada di kamar jenazah RSUD Mimika untuk dilakukan perawatan dan pemeriksaan oleh petugas,” jelas Muhammad.
Korban diketahui berasal dari Palopo, Sulawesi Selatan, bermukim di kompleks Pasar Minggu Kelurahan Kamoro Jaya (SP1), Distrik Wania.
Ia terseret arus banjir saat tengah mendulang butiran emas di Mil 37 Kali Kabur Mil pada Sabtu (16/2).
Kejadian itu baru dilaporkan ke Kantor SAR Timika pada Selasa (19/2). Pihak keluarga dilaporkan sempat melakukan pencarian sendiri namun tidak membuahkan hasil.
Setelah menerima laporan dari keluarga korban, Kantor SAR Timika mengerahkan sejak Selasa (19/2) mengerahkan 10 petugas untuk melakukan pencarian dengan berjalan kaki menyusuri pinggiran Kali Kabur. Tidak itu saja, petugas SAR Timika selama beberapa hari bahkan menggunakan perahu karet untuk memperluas area pencarian, namun jasad korban tidak juga ditemukan.
Diduga, jasad korban terkubur dalam lumpur pasir sehingga sulit ditemukan para petugas SAR Timika.
Kali Kabur atau Sungai Aijkwa merupakan tempat penyaluran pasir sisa tambang (sirsat) atau tailing PT Freeport Indonesia dari lokasi pabrik pengolahan konsentrat di Mile 74 Tembagapura menuju wilayah dataran rendah Mimika.
Warna sungai yang hitam pekat itu menjadi daya tarik bagi ribuan pendulang emas tradisional dari berbagai daerah untuk mengais rezeki. Tidak sedikit diantara mereka menjadi korban karena terseret arus sungai yang deras. (*)