Pemdis Wania Sambut Positif TMMD Kampung Mandiri Jaya

Timika (timikabisnis.com) – Pemerintah Distrik Wania, Kabupaten Mimika menyambut positif kegiatan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-105 yang dilaksanakan di Kampung Mandiri Jaya mulai 10 Juli hingga 8 Agustus mendatang.

Kepala Distrik Wania Leonard Kareth di Timika, Kamis, mengatakan Kampung Mandiri Jaya sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah daerah untuk membangun sarana dan prasarana umum mengingat lokasi itu baru dibuka sekitar 2006-2007.

Warga yang bermukim di Kampung Mandiri Jaya sebanyak 350 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 940 orang dan mayoritas merupakan petani asli Papua dari Suku Nduga, Moni dan Dani.

“Dari tahun ke tahun masyarakat komplain kami karena tidak pernah ada perhatian dari pemerintah untuk mereka. Usulan dari masyarakat sudah kami ajukan melalui musyawarah rencana pembangunan (musrenbang), namun belum juga bisa direalisasikan. Kami bersyukur tahun ini ada kegiatan TMMD oleh Kodim 1710 Mimika di Kampung Mandiri Jaya,” kata Leonard.

Leonard berpesan agar masyarakat Kampung Mandiri Jaya harus terlibat aktif bergotong-royong dengan para prajurit TNI untuk membangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan di lokasi pemukiman mereka saat pelaksanaan TMMD nanti.

Pihak Kodim 1710 Mimika mengerahkan 150 prajurit untuk terlibat dalam kegiatan TMMD ke-105 di Kampung Mandiri Jaya.

Dalam waktu 34 hari pelaksanaan TMMD tersebut, kegiatan yang akan dilakukan berupa pembangunan tiga unit MCK umum, tiga unit sumur bor lengkap dengan bak penampungan air bersih, penimbunan akses jalan raya sepanjang satu kilometer serta pembangunan dua unit jembatan permanen (konstruksi beton).

Sementara sasaran non fisik berupa penyuluhan pertanian, peternakan, perkebunan, kesehatan, HIV-AIDS dan Narkoba.

Leonard mengatakan Kampung Mandiri Jaya sebelumnya bergabung dengan Kelurahan Kamoro Jaya Satuan Pemukiman 1, Distrik Wania.

Ratusan KK yang bermukim di Mandiri Jaya sebelumnya bermukim di Kwamki Lama.

Mereka eksodus dari Kwamki Lama sekitar 2006-2007 saat terjadi konflik ‘perang ‘suku’ selama lebih dari enam bulan pada 2006 yang merenggut korban jiwa puluhan orang dan pembakaran rumah masyarakat ratusan unit.

Pada saat itu warga membuka lokasi hutan belantara untuk dijadikan pemukiman baru setelah sebelumnya mendapat izin dari tua-tua adat Suku Kapawe, sub klan Suku Kamoro selaku pemilik hak ulayat atas wilayah di kawasan dataran rendah Mimika.

“Informasi yang kami peroleh Lemasko (Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro) menyerahkan tanah seluas 14 hektare (panjang 2,8 kilometer x lebar 2 kilometer) untuk membuka pemukiman warga Mandiri Jaya. Setelah itu masyarakat mulai membangun rumah, membuka akses jalan, bahkan membangun gedung sekolah. Itu semua mereka lakukan secara swadaya tanpa dukungan dari pemerintah,” kata Leonard.

Baru beberapa tahun belakangan sejak 2015 warga Mandiri Jaya mulai mendapatkan bantuan dana dari pemerintah malalui Dana Desa dan Alokasi Dana Desa serta dana stimulan OMBAS (Omalang-Bassang) untuk membantu pembangunan infrastruktur dasar dan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.

“Dana Desa yang mereka terima sebagian dipakai untuk mendukung Mama-mama Papua pembuat Noken, penjual pinang dan pembelian bibit tanaman pertanian. Ada juga yang mereka pakai untuk peningkatan jalan sepanjang lebih dari 1 kilometer,” jelas Leonard.

Kepala Kampung Mandiri Jaya Natalis Weya mengatakan warganya eksodus dari Kwamki Lama lantaran trauma dengan konflik.

“Kami tidak mau ada perang, kami mau hidup damai, kami mau maju. Kampung ini sudah lama kami buka, kami bersyukur kalau ada proyek dan kegiatan dari pemerintah maupun dari Bapak-bapak TNI masuk ke kampung kami,” tutur Natalis. (gby)

Administrator Timika Bisnis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *